19 Februari 2012

Dua Sisi




Sebenarnya kamu hanya ingin bertemu dengannya, menatap matanya, meminum secangkir kopi hangat, melakukan perbincangan ringan, sampai melakukan hal-hal konyol yang dapat menimbulkan gelak tawa. Cerita sehari-hari yang sederhana bahkan bisa mengakrabkan kalian, mengenal watak lebih jauh, atau hanya menjadi selingan saat minum kopi. Tapi kamu terlalu munafik. Kamu terlalu malu untuk mengakui kalausebenarnya kamu masih mengharapkan sosoknya. Kamu bahkan terlalu takut untuk menatap matanya, seolah-olah ada arus yang membawa kalian ke masa lalu. Padahal sebagian dari dirimu masih sering
memimpikannya, membayangkan sosoknya jika kamu sedang dalam keadaan duka, kamu bahkan selalu menuliskan namanya pada setiap sudut buku. Tapi sebagian dirimu yang lain menolak mentah-mentah kehadirannya. Membuang jauh-jauh sosoknya, menghancurkan segala kenangan tentang kalian, sampai memaki dirinya yang belum tentu bersalah. Ada sedikit luka hingga dirimu mampu melakukan hal ini. Selalu terjadi perdebatan dalam dirimu ketika kamu mengingat dan merindukannya. Sampai pada akhirnya kamu menyerah dan berharap dapat melihatnya dari sudut ini. Sudut yang tak pernah dan tak akan terlihat olehnya.


sumber gambar:
http://www.google.co.id/imgres?q=senja&hl=id&biw=1024&bih=677&gbv=2&tbm=isch&tbnid=ebTWVWHwmwBUEM:&imgrefurl=http://annisareswara.blogspot.com/2012/01/dear-senja.h

10 komentar: