2 September 2014

Setapak Sriwedari

Hai! Setelah hiatus beberapa abad terakhir akhirnya gue balik lagi ngeblog. Horay! gue kangeeennnnn bangeeeeetttt sama sastra, sumpah deh kangen ikutan lomba nulis terus nerbitin buku. Ah tapi sekarang gue ga punya waktu senggang. Kalo ada juga jarang punya waktu buat diri sendiri :'( btw gue lg suka sama lagunya Maliq yang Setapak Sriwedari nih, ya emang sih gue dari dulu emang suka sama Maliq, tapi baru denger aja lagu yang ini. Astaga gue kudet amat yak -______-. Okedeh cekidot lagunya~~~


INI LIRIKNYA BAGUS BANGET AAAAAA

Lihat langit di atas selepas hujan reda
Dan kau lihat pelangi
Seperti kau di sini hadirkan sriwedari
Dalam suka duniawi
Dan kita berpijak lalu
Kau merasakan yang sama sepertiku
Suara hati kita bergema melantunkan nada-nada
Melagu tanpa berkata seperti syair tak beraksara
Lihat fajar merona memandangi kita
Seakan tahu cerita
Tentang semua rasa yang ingin kita bawa
Tanpa ada rahasia
Dan kita melangkah untuk
Lebih jauh lagi, lebih jauh lagi
Suara hati kita bergema melantunkan nada-nada
Melagu tanpa berkata seperti syair tak beraksara
Setapak di taman sriwedari
Setapak sriwedari denganmu
Dan kita berpijak lalu
Dan kita melangkah untuk
Lebih jauh lagi, lebih jauh lagi
Suara hati kita bergema melantunkan nada-nada
Melagu tanpa berkata
Irama hati kita bernada, merayu tanpa bicara
Melagu tanpa berkata seperti syair tak beraksara
Seperti puisi tanpa rima, seperti itu aku padamu
(setapak di taman sriwedari) seperti itu aku padamu
(setapak sriwedari denganmu) seperti itu aku padamu

Entah Apa

Terjatuh lagi 
Tersungkur lagi 
Menangis lagi 
Entah apa yang ditangisi 
Entah apa 
Diacuhkan 
Disalahkan 
Dihina 
Entah selanjutnya apa lagi
Entah apa

Dini Sekar
Fiksi

Seneng akhirnya bisa nulis lagi. If you know what i mean.

30 Agustus 2014

Three Sentences

Semalem gue lagi iseng buka laptop. Berhasil nulis satu artikel dan selanjutnya stuck ga tau mau ngapain, akhirnya gue minta tolong ke 3 temen gue buat bikin satu kalimat dan mereka nurut HAHAHA *evil laugh*, oke deh ini kalimatnya: 
Levi: Kebingungan memilih ******* atau ***** 
Faiz: Gadis itu putus cinta gara-gara cowo ber******* 
Mia: Mia lagi nunggu dijemput ayah
Sumpah ini kalimat absurd semua apalagi punya Levi sama Faiz *jitakin satu2* oke deh tapi gue coba bikin something dari ketiga kalimat ini yahhh~~


Gadis itu berlari kemudian memeluk sahabat terdekatnya. Rona merah tampak jelas di kedua pipinya. Ia sedang jatuh cinta! Ya, lebih tepatnya jatuh pada dua hati. Hal yang selanjutnya ia lakukan adalah memeluk bantal Doraemon kesayangannya sambil tertawa-tawa sendiri seperti orang tidak waras. Roll film di dalam kepalanya terus memutarkan kenangan yang terjadi beberapa menit yang lalu. Roll film itu berisi kenangan yang tidak akan pernah ia lupakan dari dua orang yang telah mengisi hatinya selama beberapa bulan terakhir. Akhirnya, hari ini, penantian menyebalkan itu usai sudah. Kebingungan memilih ******* atau ***** akhirnya menemukan titik cerah. Ia memilih satu dari mereka dan BINGO mereka menjadi sepasang kekasih. Gadis itu sangat bahagia menemukan pangeran idamannya. Matanya berkilauan setiap kali ia menyebutkan nama kekasih barunya itu. Ia berharap mereka akan bersama selamanya seolah-olah mereka adalah pasangan yang telah diikat oleh takdir. Tapi ini bukan dunia dongeng. Bukan cerita Cinderella yang sepertinya tidak pernah menderita setelah bertemu Sang Pangeran, karena mereka diceritakan akan hidup bahagia selamanya. Ini dunia nyata. Dan waktu membuktikan jika hubungan mereka hampa. Mereka seperti musafir, berjalan beriringan di padang pasir gersang, saling membutuhkan, tapi tidak pernah mau mengungkapkan. Ego has landed. 

Maya

Kamu ,
Yang kecil tapi keras kepala. Selalu mengelak jika ditanya tentang 
perasaan yang sebenarnya kamu rasakan untuknya. Bukan salahmu apalagi 
mereka yang bertanya. Tidak ada yang salah. Sebenarnya kamu tidak tahu 
apa yang sedang kamu rasakan. Hatimu mengatakan 'ya' tapi kepalamu 
'tidak'. Mana yang harus kamu pilih? 
Kalian yang riang ketika bercanda meski hanya dalam kata. Kalian yang
diam seperti patung es ketika saling bertemu. Kalian akrab sekali,
sungguh, tapi kalian tidak nyata. Kalian maya. Kenapa? Kenapa? Satu kata
yang paling sering kepalamu ucapkan tapi tak kunjung menuai jawaban
yang pasti. Mungkin dia malu. Mungkin dia sedang tidak ingin bicara.
Mungkin. Mungkin. Mungkin. Ah, sampai kapan hatimu mampu membelanya?
Kamu takut kehilangannya. Ya, kamu takut kehilangan semua perhatian yang
ia tujukan untukmu. Untuk berbagai cerita tentang keluarganya. Dan
untuk dirinya yang tanpa sadar telah membuat kamu terpikat.
Cinta kalian ada, tapi tidak nyata. Saat ini kalian seperti musafir,
berjalan beriringan di padang pasir gersang, saling membutuhkan, tapi
tidak pernah mau mengungkapkan. Ego has landed.

Dini Sekar
Fiksi

12 Mei 2013

Surat Yang Tak Pernah Sampai


Suratmu itu tidak akan pernah terkirim, karena sebenarnya kamu hanya ingin berbicara pada dirimu sendiri. Kamu ingin berdiskusi dengan angin, dengan wangi sebelas tangkai sedap malam yang kamun beli dari tukang bunga yang berwajah memelas, dengan nyamuk-nyamuk yang cari makan, dengan malam, dengan detik jam.. tentang dia.
Dia yang tidak pernah kamu mengerti. Dia, racun yang membunuhmu perlahan. Dia, yang kamu reka dan kamu cipta.
Sebelah darimu menginginkan agar dia datang, membencimu hingga muak dia mendekati gila, menertawakan segala kebodohannya, kekhilafannya untuk sampai jatuh hati padamu, menyesalkan magis yang hadir naluriah setiap kali kalian berjumpa. Akan kamu kirimkan lagi tiket bioskop, bon restoran, semua tulisannya- dari mulai nota sebaris sampai doa berbait-bait. Dan beceklah pipinya karena geli, karena asap dan abu dari benda benda yang ia hanguskan-bukti-bukti bahwa kalian pernah saling tergila-gila-berterbangan masuk ke matanya. Semoga Ia pergi dan tak pernah menoleh lagi. Hidupmu, hidupnya, pasti akan lebih mudah.
Tapi, sebelah darimu menginginkan agar dia datang, menjemputmu, mengamini kalian, untuk kesekian kali, jatuh hati lagi, segila-gilanya, sampai batas gila dan waras pupus dalam kesadaran murni akan cinta. Kemudian mendamparkan dirlah kalian di sebuah alam tak dikenal untuk membaca ulang semua kalimat, mengenang setiap inci perjalanan, perjuangan dan ketabahan hati. Betapa sebelah darimu percaya bahwa setetes airmata pun akan terhitung, tak ada yang mengalir mubazir, segalanya pasti akan bermuara di satu samudera tak terbatas, lautan merdeka yang bersanding sejajar dengan cakrawala..dan itulah tujuan kalian.
……………………
Kamu takut karena ingin jujur. Dan kejujuran menyudutkanmu untuk mengakui kamu mulai ragu.
……………………
Skenario perjalanan kalian mengharuskanmu untuk sering menyejarahkannya, merekamnya, lalu memainkannya ulang di kepalamu sebagai Sang Kekasih Impian, Sang Tujuan, Sang Inspirasi bagi segala mahakarya yang termuntahkan kedunia. Sementara dalam setiap detik yang berjalan, kalian seperti musafir yang tersesat di padang. Berjalan dengan kompas masing-masing tanpa ada usaha saling mencocokan. Sesekali kalian bertemu, berusaha saling toleransi atas nama cinta dan perjuangan yang Tidak Boleh Sia-Sia. Kamu sudah membayar mahal untuk perjalanan ini. Kamu pertaruhkan segalanya demi apa yang kamu rasa benar. Dan mencintainya menjadi kebenaran tertinggimu.