Kaos
Kamu tidak tau apa-apa tentang aku, begitupula sebaliknya. Sore itu kamu bertanya, kaos mana yang cocok untuk dijadikan buah tangan. Kedua tanganmu memegang dua buah kaos yang berbeda. Yang satu bergambar delman dan yang lainnya bergambar sebuah bangunan tua yang aku sendiri tidak tahu apa namanya. Menurutku yang bergambar delman lebih bagus. Tapi seketika kamu berpendapat bahwa yang bergambar bangunan tua lebih unik. Apa gunanya bertanya jika kamu sendiri tau jawabannya? Kita pun berdebat hanya untuk memilih sebuah kaos. Akhirnya kamu membeli keduanya dan pergi tanpa permisi. Ah dasar keras kepala!
Malamnya aku berjalan-jalan sendiri untuk sekedar mengisi perut. Saat itu sedang ramai sekali dan aku tidak kebagian tempat duduk. Kamu tersenyum sambil melambaikan tangan, menandakan ada kursi kosong di mejamu untuk aku duduki. Aku mengucapkan terimakasih. Kamu membalasnya dengan maaf dan terimakasih. Mulutku sudah setengah membuka untuk meminta penjelasan. Tapi kamu lebih dulu menjawabnya tanpa sempat aku bertanya, maaf atas kejadian tadi sore dan terimakasih untuk pilihannya. Matamu membulat menunggu jawaban, aku membalasnya dengan tersenyum. Saat itu kamu pun tersenyum, manis, aku mengakuinya.
Fiksi
gambar: http://www.google.co.id/imgres?q=malioboro&hl=id&gbv=2&biw=1024&bih=677&tbm=isch&tbnid=QvUGwPxHXxbmZM:&imgrefurl=http://sensiur.wordpress.com/2011/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar